"Aku harap kita akan berjodoh" aku ingat doa itu. Aku sendiri yang mengucapkannya kepadamu ketika cerita cinta kita mengalir seperti air yang aku sendiri tak ingin air itu mencari hulunya untuk berdiam diri. Aku ingin cinta kita tanpa hulu. Mengalir hingga air tersebut pada akhirnya akan habis. Dan di saat itulah kita kembali dipertemukan dalam suatu dimensi yang lain-aku harap begitu. Kamu seperti tak menyetujui doa ku saat itu. Ada apa denganmu??? Hey, kita sudah jalan 8 bulan dan semuanya baik-baik saja. Tapi ada apa dengan doa itu?? apakah ada yang salah?? Pertanyaan yang tak pernah kamu jawab. Diammu membuatku tak ingin bercerita panjang lebar tentang hubungan kita nantinya. Padahal sebagai perempuan normal, aku ingin bermimpi tentang hubungan yang halal dan mimpi-mimpi indah lainnya bersama calon jodohku. Tapi, kamu menenggelamkan perahu mimpi aku untuk menjadi kita yang halal.
Semua mimpi itu berakhir ketika dia berani melepaskan tanganku dan pergi jauh dariku tanpa mengucapkan selamat tinggal untukku. Hanya mengucapkan selamat tinggal untukku, haruskah serumit itu?? Kenapa? Aku siapamu sebenarnya?? wanita persinggahanmu??atau apa?? semua pertanyaan itu, tak pernah kamu jawab. Sampai aku menanyakan kabarmu pun sepertinya menjadi neraka bagimu. Aku bodoh pernah mencintaimu. Aku bodoh pernah mengenalmu. Aku bodoh selalu berpura-pura melupakanmu tapi tak pernah berhasil. Kamu tahu, kita belum putus. Belum ada ucapan putus darimu untukku dan begitu pula diriku.
Dua tahun berlalu, tanpa kabar yang pasti darimu. Kamu selalu mengabaikan pesan singkat dan telepon dariku. Apa maumu sebenarnya? Aku hanya butuh kepastian, setidaknya kamu cerita ke aku ada apa sebenarnya. Ini tak adil untukku. Aku pacarmu, dan masih berstatus pacarmu sebelum kamu dan aku bilang kalau kita sudah pisah. Aku masih menunggu... Sekarang, aku sudah menyelesaikan sekolahku. Keterima masuk Universitas yang aku idamkan juga sudah tercapai. Sekarang yang ada dibenakku, mencarimu dan menanyakan ketidak adilan ini. Aku berusaha melupakan semuanya, tapi tak pernah berhasil. Aku sudah punya penggantimu saat itu, namun semua perasaan itu tak pernah bisa aku bohongi. Hatiku masih ada untukmu dan masih untukmu... Saat itu, aku berhasil menemuimu. Kita seakan tak saling mengenal. Aku benci dengan keadaan ini. Delapan bulan itu bukan waktu yang singkat, tapi kenapa kamu tak ingin mengenaliku. Apa yang salah dariku?? seruwet pertanyaan yang selalu timbul jika berbicara tentangmu. Tentangmu yang tak pernah bisa menjadi jawaban di setiap pertanyaan-pertanyaanku yang bodoh. Seperti ingin menghentikan langkah untukmu. Aku menyerah.....
"Hey apa kabarmu?"
"Aku baik-baik saja,kamu?"
"Baik juga. Siapa pacarmu sekarang?"
"Kamu gak perlu tahu, yang jelasnya saya sudah punya pacar"
Kamu seakan keberatan dengan statusku sekarang. Aku mengutip pernyataan terakhirmu kalau kamu mencintaiku, kamu tak ingin aku kenapa-kenapa. Hey, boy kemana saja?? Apa masih perlu kamu mengkhawatirkanku, sedangkan dulu aku mengemis cintamu kembali. Namun, aku tak menemukan respon yang jelas darimu. Aku terus-terus memaafkanmu karena cinta yang sepertinya sulit aku hilangkan. Meskipun saat itu, aku berstatus pacar orang. Aku hanya ingin membuatmu cemburu, membuatmu sakit seperti apa yang aku alami sekarang. Aku tak mencintai pacarku-aku mencintaimu.
Hari itu adalah pertemuan terakhir kita. Aku menjauh dari hidupmu yang sepertinya tak pernah mengizinkan aku masuk dalam hidupmu lagi. Sekarang aku punya hidup sendiri, cerita sendiri meski sulit melepaskan bayanganmu dari ingatanku. Ketika sesuatu terjadi dalam hidupku, saat itulah aku meyakinkan diriku, bahwa kita memang tak jodoh. Aku punya jodoh lain. Meski saat itu, hatiku masih ingin menumpang dengan bayanganmu. Aku jodoh pria itu dan tak mungkin aku menolak garis takdir ini. Dan kamu tak tahu semua cerita menyakitkan yang berawal darimu. Andai saja saat itu, kamu meyakinkan akan kembali dneganku, semua ini takkan terjadi. Pasti saat ini akulah pacarmu, atau bahkan menjadi istrimu. Kembali lagi, ini takdir kita yang tak sejodoh.
Sebelum pernikahanku, kita masih sempat mengobrol lewat dunia maya. Aku tak ingin mengatakan sepatah katapun tentang pernikahanku yang sudah menghitung hari lagi. Aku ingin bersamamu sebelum semuanya menjadi pahit. Aku melihat ada kerinduan di antara kita, meski aku selalu berusaha meredam perasaan itu. Kita masih saling merindukan, masih saling mencintai, namun garis takdir kita berbeda. Aku membiarkanmu membuatku tertawa, aku membiarkanmu melakukan segala hal untuk membuatmu bahagia, sebelum semuanya berakhir. Kita tak boleh bersama lagi. Kali ini, aku yang akan mengatakannya sendiri, sampai aku mengatakan berhenti, ini sudah cukup.
Waktunya tiba... Aku harus mengungkapkan kebenarannya, bahwa aku harus melenyapkan cerita indah kita. Kali ini aku yang akan melepaskannya, bukan kamu lagi. Aku sudah cukup menunggu cerita manis kita, meski ujung waktu tak merestuinya. "Aku akan menikah" Pernyataan yang seakan mengguncangmu. Sampai kamu memberi respon yang lucu di obrolan kita. "Aku tak bohong, aku serius" Kucoba meyakinkannya dengan seyakin-yakinnya. "Ada apa?Kenapa tiba-tiba begitu" Tanggapanmu seakan tak percaya dengan semua kejadian ini.Aku hanya menjawab "Dia jodohku". Kamu seperti ingin mencari tahu tentang pernikahanku. Kenapa baru peduli sekarang? Kemana ragamu di saat air mata dan rasa sakit itu ada karenamu? Kenapa tidak mencariku? menanyakan kabarku, apakah aku baik-baik saja setelah kamu meninggalkanku. Kamu tahu, aku sakit. Aku seperti lupa lagi bahwa cinta itu benar-benar dengan pria lain. Aku hanya mencoba meski semuanya menyakitkan. Kenapa disaat semuanya akan berakhir, kamu menampakkan dirimu?? berpura-pura menanyakan kabarku.. memberikan perhatian selayaknya, kamu ini pacarku. Aku hanya butuh jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku dulu. Mengapa kamu meninggalkanku? namun jawaban itu tak pernah ingin kamu jawab.Chat terakhir darimu "Aku ingin bertemu denganmu untuk terakhir kalinya". Semua terasa sakit. Saat itu, seperti ingin memelukmu, menampar wajahmu, memukulmu hingga aku puas dengan semua rasa sakit yang kamu titipkan.
Hingga saat kita bertemu, kamu masih menanyakan, Kenapa aku begitu cepat menikah sampai pada kenapa orang tuamu menerimanya?? Aku tak ingin memberikan jawaban yang tepat buatmu. Sama seperti kamu yang tak pernah memberikan jawaban tepat untukku dulu. Pertama kali kita bertemu kembali saat itu, aku seperti ingin memelukmu, namun itu tak mungkin, aku milik pria lain. Aku hanya diam seperti maumu. Inilah garis takdirku. Mencintaimu dulu yang tak pernah kamu pedulikan. Dan kini kamu berbalik mencintaiku, namun dalam kondisi yang sudah tak mungkin lagi aku menerimamu. Kita tak jodoh... Garis takdir berkata demikian. Menerimanya itulah yang wajib kita lakukan. Meski di antara kita masih ada cinta yang tersisa...
PictPictPict
About Me
- Nurul Qisthy
- Aku akan hadir setelah Hujan reda.... Karena aku adalah salah satu warna dari pelangi yang melengkung itu....
twit
Followers
Minggu, 07 April 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar