Dulu aku baik-baik saja..baik-baik saja dengan dia sebelum aku mengenalmu... Dulu aku bahagia dengannya sebelum semuanya pudar ketika kau berani mengungkapkan perasaan sukamu ke aku. "haruskah ketika aku masih hangat-hangtanya dengan Dia?". Saat itu, aku berada di antara memilih menduakannya atau memilih untuk tetap bertahan di sini, dan tak kemana-mana dari sisinya. Namun, hatiku berkata lain. Aku lebih memilih menduakannya. Membuat hatinya hancur sampai kepingannya tak bisa kuhitung lagi. Karenaku dia ingin berubah (baca:kepositif) dan pada akhirnya karenaku juga lah dia tak pernah berniat untuk berubah lagi. Orang yang kusebut-sebut pacar pertamaku. Awal mengenal dunia pacaran yang menurut orang-orang indah dan menurutku memang indah. Aku mengenalnya dengan caranya berucap, dengan kata yang tak pernah salah di telingaku. Baik-baik saja itu hal yang kutemukan... Merajut kasih dengannya seakan melupakan kegelisahan dalalm keluargaku sendiri. Utamanya, aku bisa berbagi cerita dengannya. Namun, semua berakhir dengan kata yang tak pernah jelas sampai sekarang. Pergi dengan tidak meninggalkan sesal sedikit pun untukku. Dan kemudian aku hidup dengan tidak wajar dan menemukan sosok yang instan, dengan segala kesalahn dan kegelisahan saat ini, dan kaupun tak pernah merasa kasihan terhadapku. Jalan ini memang rumit. Harus mencintai orang yang sangat rumit dan harus menerima orang dengan instan dan berusaha untu menjadikannya perfect. Namun, aku masih bersyukur lelaki di hadapanku sekarang adalah orang yang ditunjuk oleh Tuhan untuk memberikan ketegaran dalam cobaan yang aku hadapi sekarang. Semua ada jalannya.............Aku tak dipertemukanmu dengan kondisi yang sangat wajar, karena Tuhan tak menginginkan kita bersatu dengan seruwet masalah yang kita punya masing-masing. Engkau dengan segudang masalahmu, dan aku dengan segudang cobaan. Ya, aku yakin engkau mendapatkan seseorang yang dengan masalah besar yang seperti kita punya sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar